watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Birahi dibalix jilbab anafia

Pagi itu aku datang pagi ke kantor. Saat akan
menuju ruangku, aku berpapasan dengan Anafia
Dwiyanty. Wanita manis berwajah mirip-mirip
ama Titi Kamal ini tengah membetulkan jilbab
coklat mudanya. Ana tertunduk saat mataku
menjilat dadanya yang mengintip saat ia tengah
mengancingkan bajunya. Perempuan sintal
bertinggi 160 cm ini amat montok. Bagiku Ana
amat menggairahkan. Keinginanku mencicipi
kemaluannya terangsang 2 hal. Ana berjilbab dan
masih perawan ting-ting. Meski umurnya sudah
30 tahun dan tergolong prawan tua namun dia
belum bersuami. Walau Ana sendiri udah ngebet
pengen kawin. Sebenarnya tidak susah untuk
wanita secantik dia mendapat suami. Tapi Ana ini
orangnya suka pilih-pilih.
Oh ya, namaku Soni umur 39 dan tergolong
perjaka tua. Aku pingin cepat-cepat punya istri
dan Ana adalah tipe wanita idamanku. Oleh sebab
itu aku beberapa kali mengajak dan menawarkan
dia untuk mau jadi istriku. Namun wanita cantik
berjilbab yang alim ini menolak tawaranku. �Mas
mau dengan saya? Nggak deh!, �dia berkata
dengan angkuh menolakku. �Yah, kita kan sama-
sama sudah tua apa salahnya kita menikah?,�
tanyaku dengan agak marah. Aku jadi penasaran
ingin ngentot dengan gadis berjilbab yang alim
ini.
Maka pagi ini aku bertekat ingin mencicipi memek
Ana yang berbadan sintal ini. Ada nikmatnya
menggagahi wanita baik-baik. Anai melirikku
dengan sudut matanya. Pagi itu gaun bawahnya
berwarna merah tanah dngan belahan samping
hampir selutut, kontolku langsung kejang melihat
betis putih kemerahan Ana yg tersingkap. Ana
menatapku dg pandangan aneh. Suasana kantor
yg masih sepi pada 6.30 pagi membakar
birahiku. Kubuntuti Ana yg menaiki tangga secara
pelan. Pantatnya begitu montok, celdamnya
membekas pada gaunnya, membentuk segi 3 yg
amat ketat. Celdam yg dipakenya pasti mirip
popok.
Ana berhenti beberapa tangga di atasku, hingga
aku bisa mengintip bawah gaunnya. Ana seolah
merangsangku dg melebarkan kaki hingga 2
batang paha super mulus teronggok menantang.
Ana berhenti beberapa saat. Kontolku mengeras.
Kutarik risletingku, lalu kukeluarkan kontolku,
hampir mengintip dari celah celanaku. Saat itulah
Anai membalik ke arahku. Melihat aku birahi, Ana
memalingkan muka, bergegas menuju ruangnya.
Jalannya yang tergesa membuat kainnya
terangkat, betisnya yg mulus tersingkap, hingga
pahanya yg mulus tampak jelas bagiku yg berada
di bawahnya. Aku memburunya ke ruangan atas
tempat kerja. Saat aku masuk, kudapati Ana
berdiri menatapku dg sorot mata memendam
birahi. Ia berbalik memunggungiku, berjalan
menuju jendela. Kupegang tangannya tapi Ana
menolakku. Sekali sentak seluruh tubuhnya jatuh
dlm rengkuhanku. Ana menggeliat. Perempuan
berjilbab ini memang wangi tubuhnya. Dalam
dekapku Ana meronta kuat hingga kusudutkan
Ana ke tembok. Kutekan kontolku tepat pada
selangkangnya hingga membuatnya jengah.
Kupaksa Anai menatapku tapi ia memalingkan
muka dg mata terpejam & bibir terkatup. Tak ada
suara keluar dari mulut tipisnya. Hanya tarikan
nafas tertahan menahan malu karena birahi dg
lelaki dia tolak. Tiap kutekan kontolku tepat pada
selangkangnya, kupastikan kontolku terasa
olehnya. Kupaksa Ana menatapku agar tahu
birahiku padanya bukan hanya sex semata. Ana
menunduk, tapi selangkangnya makin melebar. Ia
membiarkanku masuk. Tubuhnya makin
terangkat tinggi, kaki kirinya mengangkang
hingga sepatu putihnya hampir lepas,
menampakkan tumitnya yg montok dg jari kaki
bulat lentik dan kuku terawat. Membuat kontolku
mengejan makin keras cepat pada
selangkangnya. Seperti bersetubuh tapi masih
berbaju. Saat mata Ana mulai merem melek
merasakan kekenyalan kontolku pada
selangkangnya, mendadak kutarik gaun
bawahnya ke atas. Tubuhnya kuangkat agak
tinggi, lalu kuturunkan celanaku hingga tampak
kontolku. Kulorot celdam Ana. Perempuan
berjilbab itu menamparku saat kucoba
memasukkan kontolku pada kelamin Ana yg
mulus dg sedikit rambut. �Jangan kurang ajar
ya!,�kata Ana dengan ketus. �Terserah kamu,
kamu harus mau melayaniku pagi ini sayang!,�
kataku seenaknya tapi penuh gairah terhadap
wanita berjilbab ini.
Ana mengatupkan paha kuat-kuat. Kuremasi
belakang pantat montoknya, hingga
merabai pahanya. Ana menarik nafas,
selangkangnya terbuka langsung kuhunjam
kontolku dalam vaginanya. Tak berdaya
mempertahankan kehormatannya sebagai gadis
alim yg berjilbab, Ana pasrah kuentot. Kudorong
kontol ke memek Ana, agak susah dan terasa
sesak sebab memek Ana masih rapat dan
perawan. Selama ini Ana memang belum pernah
pacaran dengan siapa pun. Kembali kudorong
kontol ke memek gadis berjilbab ini. Batang
pahanya yg putih mulus memacuku. Vaginanya
berdenyut menampung batang kontolku. Ana
menatapku dg takjub tiap kali kuhentak kuat
kontolku dalam kelaminnya, meskipun dia juga
merasa sakit karena baru pertama kali ngentot.
Makin lama entotanku makin cepat, keras dan
kuat. Anafia masih menahan malu meluapkan
birahinya. Kupegang kain jilbabnya, kutarik kuat
kepalanya ke belakang. Kubenamkan kontolku
dalam-dalam di liang kemaluan Ana, lalu maniku
muncrat deras. Ana merintih. Kusemburkan
maniku beberapa kali, lalu pelan kucabut kontolku
sambil menggerakkan kontolku keluar masuk
dalam kemaluan perempuan berjilbab ini,
memberi Ana sensasi nikmat sexual.
Saat kutarik lepas kontolku, Ana jatuh terduduk
lemas. Dia jongkok, berusaha mengeluarkan
tumpahan maniku yg bercampur darah
perawannya yang sisanya mengaliri vaginanya.
Ana menatapku tajam dg pandangan marah tapi
suka dg godaan birahiku. Dilemparnya
celdamnya yg kurobek.
Kemudian Ana menangis, menyesali kejadian
yang sudah berlalu. Aku tersenyum penuh
kemenangan. �Gimana mau kan nikah sama aku
kan sayang,� bujukku lagi. Ana tidak menjawab,
peduli amat, yang penting aku sudah merasakan
memek gadis alim berjilbab ini. Aku bergesas ke
tempat kerjaku sebab sudah ramai orang yang
datang. Sebelum pergi kukecup bibir tipis wanita
alim ini. �Nanti Kita ulangi lagi ya sayang.,�kataku.
Ana tidak menjawab dia hanya tersenyum
sebelum kutinggalkan.


Adult | GO HOME | Exit
1/3601
U-ON

inc Powered by Xtgem.com